Meilinda Suriani Harefa1), Zulkifili Nasution2),
Azhar Maksum3), Miswar Budi Mulya4)
1)
Mahasiswa Doktor PSL
USU, Jl. Dr. Mansyur Medan, Indonesia
2)
Dosen di USU, Jl. Dr.
Mansyur Medan, Indonesia
3)
Dosen USU, Jl. Dr.
Mansyur Medan, Indonesia
4)
Dosen USU, Jl. Dr.
Mansyur Medan, Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tanjung Rejo Kecamatan
Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang yang bertujuan untuk menganalisa pola
pengelolaan tambak silvofhisery dan produksi tambak silvofhisery dengan
managemen yang baik yang dikelola oleh masyarakat pesisir pada ekosistem hutan
mangrove.
Populasi sebanyak 170 orang pemilik tambak yang memiliki
243 petakan tambak secara keseluruhan. Sampel pada penelitian ini diacak secara
purposive sampling dengan
penentuan responden sebagai sampel dilakukan berdasarkan pembagian pembagian
wilayah Desa Tanjung Rejo atas 4 zona yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat.
Setiap Zona diambil sampelnya sebanyak 5 orang pemilik tambak, sehingga jumlah
dalam penelitian ini adalah 20 orang
pemilik tambak silvofhishery.
Model tambak yang di terapkan di Desa Tanjung Rejo adalah
model tambak silvofishery empang parit dimana penanaman mangrove berada di
tengah ataupun disamping dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan perubahan
kualitas air dan meningkatkan kesuburan di arel pertambakan. Oleh karena
tumbuhan mangrove yang berada pada areal tambak sebagai kontribusi nutrisi pada
produksi tambak. Secara umum pengelolaan tambak dimulai dari persiapan lahan,
penebaran benih, pemberian pakan, pengelolaan kesehatan produksi dan proses
panen. Usaha tambak silvofishery di Desa Tanjung Rejo dapat dinyatakan
menguntungkan secara ekologi dan ekonomi. Hal ini dapat dilihat dari masih
tersedianya hutan mangrove pada tambak dan laba yang di peroleh dari
pengelolaan tambak silvofishery yakni mencapai Rp.
40.930.000,-/ha/tahun s/d Rp.48.030.000,- /ha/tahun dengan modal usaha Rp 24.900.000,- /ha/tahun s/d Rp. 26.400.000,- /ha/tahun.
Sehingga diperkirakan petani tambak silvofhisery di Desa Tanjung Rejo
memperoleh penghasilan sekitar Rp 3.410.800,- s/d Rp. 4.000.000,- /ha/bulan.
Kondisi ini dapat stabil jika semua pengelola tambak silvofihsery dapat menjaga
keseimbangan tumbuhan mangrove pada setiap tambaknya.
Kata kunci: Tambak silvofishery, Petambak dan Pengelolaan
PENDAHULUAN
Budidaya tambak perikanan yang berlokasi di daerah
pesisir sangat berhubungan dengan kondisi tata ruang, sosial budaya, keamanan
dan ekonomi masyarakat pesisir tersebut. Petambak memiliki akses terhadap
lahan yang dapat dimanfaatkan untuk sumber penghasilan. Kondisi ini akan diperkaya
apabila daerah sepanjang pantai berupa kawasan hutan mangrove. Selain menjadi
habitat ikan, hutan mangrove merupakan wilayah yang mengandung kekayaan yang
bermanfaat bagi petambak. Petambak juga berpeluang untuk meningkatkan
perekonomiannya secara lebih sistematis, karena dapat mengembangkan basis produksi
yang lebih relatif stabil, sehingga masa panen dapat lebih diatur tergantung
permintaan pasar.
Desa Tanjung Rejo merupakan salah satu desa dari 20 (dua
puluh) desa dalam lingkup administrasi Kecamatan Percut Sei Tuan dengan luasan
hutan mangrove 300 Ha. Jumlah luasan hutan mangrove ini jauh berubah oleh
karena sekitar tahun 1960 -1970an masyarakat mulai membuka hutan mangrove
tersebut untuk perluasan pemukiman dan usaha tambak, kondisi demikian lalu
mencapai puncaknya pada tahun 1980-an. berubah menjadi petakan-petakan tambak
kemudian diikuti dengan berkembangnya pemukiman hingga jauh kearah daratan
seperti yang terlihat saat ini. Luas yang terdiri dari pemukiman, pertambakan,
perairan umum dan perbukitan. Kerusakan hutan mangrove ini menyebabkan air laut
masuk sampai ke perkampungan penduduk pada saat musim gelombang besar (musim
angin barat dan selatan).
Hartati et al. (2005) mengungkapkan bahwa Tambak tumpangsari (sylvofishery)
merupakan suatu pola agroforestry yang digunakan dalam pelaksanaan
program Perhutanan Sosial di kawasan hutan mangrove, sehingga para petambak
dapat memelihara ikan dan udang atau jenis ikan lainnya secara konservatif. Silvofishery
merupakan pola pengelolaan tambak dengan pendekatan teknis yang cukup baik,
yang terdiri atas rangkaian kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya ikan
dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya pelestarian
hutan mangrove yang memiliki sistem teknologi sederhana, dapat dilakukan tanpa
merusak tanaman bakau yang ada dan dapat dilakukan sebagai kegiatan sela sambil
berusaha menghutankan kembali kawasan jalur hijau di daerah pantai yang kritis
(Perhutani, 1993).
Konsep budidaya
tambak ramah lingkungan lebih sering disebut sebagai budidaya tambak yang
melestarikan mangrove sebagai jalur hijau atau penanaman mangrove di tambak (silvofishery)
dimana konsep budidaya ramah lingkungan tidak hanya mencakup penerapan jalur
hijau (green belt) atau penanaman mangrove, tetapi juga pada penerapan
tata cara budidaya yang baik dalam arti tidak menggunakan bahan baku produksi
yang merusak lingkungan dan atau membahayakan keselamatan dan kesehatan
konsumen produk yang dihasilkan. (Sualia et
al. 2010).
Pengelolaan ekosistem hutan mangrove dengan perlibatan masyarakat merupakan
suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan yang menyatukan berbagai
kepentingan (pemerintah dan masyarakat), ilmu pengetahuan dan pengelolaan, dan
kepentingan sektoral dan masyarakat umum. Pengelolaan berbasis masyarakat
disini adalah bahwa penggunaan dari sumberdaya yang utama yaitu masyarakat dan
harus menjadi aktor pengelola sumberdaya tersebut. Perlibatan masyarakat
diperlukan untuk kepentingan pengelolaan secara berkelanjutan pada sumberdaya,
dan pada umumnya kelompok masyarakat yang berbeda akan berbeda pula dalam
kepentingannya terhadap sumberdaya tersebut. Adanya partisipasi dari masyarakat merupakan
hal yang penting dalam upaya pengelolaan hutan mangrove berbasis masyarakat.
Perum
Perhutani menggunakan pendekatan teknis yang dilakukan dalam kegiatan
Perhutanan Sosial, yaitu dengan sistem silvofishery. Sistem ini
merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah yang cukup efektif dan
ekonomis. Aspek keuntungan yang diperoleh dengan model silvofishery ini
antara lain dapat meningkatkan lapangan kerja (aspek sosial), dapat mengatasi
masalah pangan dan energi (aspek ekonomi) serta kestabilan iklim mikro dan
konservasi tanah (aspek ekologi). Pola ini dipandang sebagai pola pendekatan
teknis yang dianggap cukup baik, karena selain petani dapat memanfaatkan lahan
untuk kegiatan pemeliharaan ikan, pihak Perum Perhutani secara tidak langsung
menjalin hubungan kerja sama yang saling menguntungkan. Perhutanan Sosial yang dilakukan oleh Perum Perhutani merupakan program
pembangunan, pemeliharaan dan pengamanan hutan dengan cara mengikutsertakan
masyarakat dalam pengelolaan hutan. Program ini dimaksudkan untuk meningkatkan
fungsi- fungsi hutan secara optimal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
sekaligus perbaikan lingkungan dan kelestariannya yang pelaksanaannya terbatas
dikawasan hutan. Berdasarkan pengertian tersebut diharapkan Perhutanan Sosial
dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan tekanan sosial budaya
penduduk di sekitar hutan yang berakibat turunnya produktivitas lahan dan
fungsi hutan maupun kualitas lingkungan biofisik di sekitarnya.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada Desa Tanjung Rejo
Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang pada Bulan Mei sampai dengan Oktober
2016. Pertimbangan lokasi penelitian didasarkan pada potensi tambak sebesar
2.702 hektar. Selain itu terdapat pola usaha tani tambak dengan model silvofishery didaerah tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah data
kepemilikan tambak di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan sebanyak 170
orang pemilik tambak yang memiliki sebanyak 243 petakan tambak secara
keseluruhan. Sampel pada penelitian ini diacak secara purposive sampling dengan
penentuan responden sebagai sampel dilakukan berdasarkan pembagian pembagian
wilayah Desa Tanjung Rejo atas 4 zona yaitu Utara, Timur, Selatan dan Barat.
Setiap Zona diambil sampelnya sebanyak 5 orang pemilik tambak, sehingga jumlah
sampel sebanyak 20 orang pemilik tambak. Pengambilan contoh tambak dari
masing-masing pemilik tambak dilakukan secara acak sederhana dengan sampel
masing-masing 1 (satu) orang 1 (satu) tambak.
Teknik pengumpulan data observasi langsung ke lokasi penelitian, selanjutnya disebarkan kuisioner
atau angket kapada responden dalam bentuk jawaban terbuka untuk mengetahui pengelolaan
dan produksi tambak silvofishery yang dikelola oleh masyarakat dan wawancara mendalam yang dilakukan dengan cara
bertatap muka langsung dengan responden. Sedangkan teknik analisa data
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kualitatif
dengan menggunakan rumus:
P = F
x 100%
N
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Pengelolaan
tambak silfofhisery yang dikelola
oleh masyarakat
Pengelolaan tambak silvofishery
yang dikelola oleh masyarakat Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan
Kabupaten Deli Serdang sudah semakin baik, dimana proses pengelolaan tambak dengan
dukungan ekosistem mangrove memberikan kontribusi bagi perekonomian dalam arti
produksi dapat meningkat dan menguntungkan petambak serta keseimbangan
lingkungan dapat tercipta/terjaga. Hal ini sesuai dengan pendapat Sualia (2008)
yang menyaatakan bah beberapa manfaat atau kelebihan dari tambak ramah
lingkungan diantaranya : 1) Biaya dan resiko produksi jauh lebih rendah dan
dapat dioperasikan dalam skala kecil (rumah tangga), 2) Dapat menghasilkan produksi
sampingan dari hasil tangkapan alam
seperti udang alam, kepiting, dan ikan liar, 3) Pemulihan lingkungan (melalui
penanaman/pemeliharaan mangrove) dapat meningkatkan daya dukung (carrying
capacity) tambak, sehingga mampu menjaga kualitas air dan menopang kehidupan
komoditas yang dibudidayakan, 4) Produk udang yang dihasilkan memiliki kualitas
yang premium dan memiliki harga yang lebih tinggi dipasaran
internasional karena bersifat organik atau tidak mengandung bahan kimia
berbahaya dan 5) Kawasan tambak ramah lingkungan lebih tahan terhadap serangan
penyakit, akibat kemampuan mangrove dalam menyerap limbah dan menghasilkan zat
anti bakteri.
a. Persiapan
lahan dan air
Tahap persiapan lahan air sangat diperlukan untuk
pengelolaan tambak silvofhisery, keberhasilan produksi dipengaruhi oleh
kesempurnaan proses persiapan. Tahapan persiapan tersebut dibagi ke dalam
persiapan lahan dan persiapan air sebelum tebar melakukan tebar benih.
Persiapan lahan terdiri dari: pengeringan lahan, perbaikan prasarana produksi
seperti benteng, pintu air, jembatan anco, saringan, pembajakan atau pembalikan tanah (setelah produksi
sebelumnya), pengapuran (jika dibutuhkan), dan pemberantasan hama. Persiapan air meliputi pengisian air,
pemupukan, pengapuran susulan (jika dibutuhkan).
1) Persiapan lahan
a) Pengeringan
lahan
proses pengeringan lahan di Desa Tanjug Rejo dilakukan dengan membuka pintu
air pada saat air laut lebih rendah dari
pada air dalam tambak, jika lumpur dalam tambak sudah tebal maka akan dikeruk
dengan beko atau dilakukan pembajakan
seperti pembalikan tanah untuk
mempercepat proses penguraian bahan organik dan gas-gas beradun dan biasanya
proses pengerjaannya memakan waktu kurang lebih
11 (sebelas) hari atau selama
satu sampai dua minggu tergantung dengan keadaan cuaca dengan 2 (dua) orang
pekerja harian selama 8 jam per hari.
Pengeringan lahan pada tambak di Desa Tanjug Rejo berguna untuk memperbaiki
kualitas tanah dengan mengurangi zat beracun dan membunuh organisme yang tidak
diinginkan. Dasar tambak yang dijemur harus benar-benar kering hingga timbul
retakan (pecah-pecah) secara merata, dan diperlukan pembalikan tanah atau
pembuangan lumpur hitam untuk memperbaiki kualitas tanah yang busuk.
Pengeringan dan ekspos udara akan mempercepat perbaikan kualitas tanah tambak
secara mudah dan alamiah.
b) Perbaikan prasarana produksi
Benteng yang
bocor diperbaiki dengan menutup bagian
benteng yang bocor dengan lam selama 3 hari dengan 3-4 orang pekerja harian
dengan upah kurang lebih Rp 80.000/orang. Untuk perbaikan pintu air dilakukan
dengan membongkar broti dan melihat bagian pintu air yang rusak dan
menggantikannya dengan bahan yang baru. pengerjaan dilakukan selama 3-6 hari
tergantung kerusakan yang terjadi dengan 3-4 orang pekerja harian dan upah Rp
80.000/orang. untuk perbaikan saringan yang robek cukup dengan menjahit bagian
yang robek saringan dan jika saringan rusak berat maka harus diganti dengan
biaya sekitar Rp 150.000. Hal ini diperkuat denga pendapat Sualia dkk (2008)
yang menyatakan penambalan pematang yang bocor sangat bermanfaat untuk mencegah
kehilangan air selama masa pemeliharaan dan mencegah introduksi penyakit lewat carrier
yang masuk (misalnya kepiting atau udang liar). Perbaikan pintu air dan
saringannya juga harus dilakukan untuk mencegah masuknya predator (ikan buas), carrier
dan kompetitor lainnya (ikan, kepiting, udang liar).
c) Pengapuran (jika dibutuhkan)
Tidak semua tambak melakukan pengapuran di Desa Tanjug Rejo, tergantung pada
kebutuhan tambak. Hal ini disebabkan masih terjaganya pH tanah pada tambak
diwilayah penelitin. Berdasarkan hasil penelitian, pemilik tambak melakukan
pengapuran jika dibutuhkan oleh karena tujuan pengapuran adalah mempertahankan
kestabilan derajat keasaman (pH) tanah dasar kolam dan air, serta memberantas hama
penyakit (Raswin dan Alifuddun, 2003).
d) Pemberantasan
hama
Pemberantasan hama yang dilakukan
oleh petambak pada tambak tergantung pada kondisi tambak masing-masing di Desa
Tanjug Rejo. Hasil penelitian menyatakan bahwa masyarkat melakukan
pemberantasan hama dengan menggunakan Saponin yang merupakan bahan ramah
lingkungan. Pemberantasan hama dilakukan oleh pemilik tambak yang bertujuan
untuk membunuh benih/anakan ikan liar yang terlanjur masuk ke dalam tambak dan
atau tandon. Hal ini senada dengan pendapat Sualia dkk (2008) pemberantasan
hama ikan dapat dilakukan dengan menggunakan saponin sebagai bahan yang ramah
pada lingkungan dan keampuhannya sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu dan
salinitas air tambak selanjutnya ditekankan untuk tidak menggunakan pestisida karena dapat merusak kualitas
lingkungan. Mitos bahwa penggunaan pestisida dapat menumbuhkan cacing yang
berguna untuk makanan udang adalah tidak benar adanya (Sualia dkk, 2008).
2). Persiapan air
a) Pengisian air
Tahapan pengisian air dilakukan
oleh pengelola tambak di di Desa Tanjug Rejo. Proses pengisian air dilakukan
dengan memperhitungkan siklus pasang dan surut air laut. Bila terjadi air
pasang maka pengisian air dilakukan 2 kali dalam sehari dengan 3 jam pengisian.
Pengisian air pertama kali dilakukan jika tahapan persiapan lahan dan perbaikan
prasarana sudah dilakukan dengan sempurnah dan sumber air berasal dari
paluh (laut). Hal ini sesuai dengan pendapat Sualia dkk (2008) yang
menyatakan bahwa untuk pengisi air sebelum melakukan kegiatan produksi sangat
penting, namun perlu diperhatikan : a) pengisian air hanya dilakukan jika air
sumber (tandon atau saluran masuk) memiliki kualitas yang baik (tidak keruh,
kotor, atau berbau), b) Tidak disarankan untuk mengambil air dari saluran
pembuangan tambak, ataupun dari tambak sebelahnya, untuk mencegah wabah
penyakit, c) Sangat disarankan untuk mengisi air ke dalam tambak saat air mulai
surut dari pasang tertinggi, untuk mencegah pengambilan air yang keruh, d)
Saringan berlapis harus dipasang pada pintu air saat pengisian air ke dalam
tambak untuk mencegah masuknya hama/predator, carrier, dan atau ikan
liar, e) Jika air dalam kolam mengandung hama/predator (seperti kakap, kepiting
dll), maka kolam yang telah berisi air perlu diberi bahan desinfektan seperti
bubuk teh (saponin) dan akar tuba (retenon).
b) Pemupukan dan pengapuran susulan
(jika dibutuhkan)
Pemupukan
dilakukan pada pengelolaan tambak silvofhisery
oleh pemilik tambak di Desa Tanjung Rejo. Pemupukan tambak dimaksudkan untuk merangsang
pertumbuhan makanan alami yang
diperlukan oleh udang dan ikan selama pemeliharaan. Jenis dan dosis pupuk
ditentukan oleh tingkat kesuburan dari masing- masing tanah dasar tambak.
Sesuai dengan pendapat Sualia dkk (2008 ) bahwa beberapa faktor yang perlu diperhatikan
dalam pemberian pupuk adalah: a). Pemupukan anorganik dilakukan setelah
pengisian air dan harus dilakukan secara sedikit demi sedikit dan bertahap
untuk mencegah pertumbuhan berlebih (blooming) dan kematian massal (crash),
b) Pupuk harus larut dalam air dan disebarkan secara merata. Pemberian pupuk
anorganik terutama TSP dengan penebaran langsung akan menjadi tidak efektif
dikarenakan sifat larutnya yang lamban di dalam air, c) Pemberian pupuk
organik/kompos umumnya berupa kotoran ayam. Pupuk harus direndam di dalam air selama
24 jam sebelum disebar ke dalam tambak, dan berguna untuk membantu pembentukan
zooplankton yang merupakan pakan alami utama dari larva udang atau anak ikan,
d) Jenis pupuk yang berbeda akan menumbuhkan plankton yang berbeda sehingga
warna air tambak juga berbeda. Terlambatnya penumbuhan plankton di kolom air
akan mempercepat penumbuhan klekap di dasar tambak. Bagi tambak udang klekap
mengganggu namaun klekap merupakan pakan alami bagi bandeng, e) Jumlah (dosis)
pupuk yang diberikan harus disesuaikan dengan luas tambaknya tetapi yang biasa
digunakan adalah pupuk organik sebanyak 10–30 kg/ha ditebar secara merata di
pelataran tambak. Sementara jika menggunakan pupuk anorganik seperti rea, TSP
atau NPK atau kombinasi diantara ketiganya maka dapat diberikan sebanyak 1-2
ppm.
Pemberian
kapur susulan seperti dolomite, dilakukan petambak silvofhisery di Desa Tanjung Rejo apabila dibutuhkan, misalkan jika
hujan turun terus menerus, dibutuhkan kapur untuk menaikkan pH air. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sualia (2008) yang menyatakan bahwa Pada saat hujan
lebat turun, salinitas dan pH air dapat turun secara drastis dan kekeruhan
meningkat, maka penanganan diperlukan.
b. Pemilihan
Benur dan Transportasi
Benur yang dipilih diperoleh dari agen penyedia benur di Medan Belawan
dengan ukuran nila sebesar 1 inchi dengan harga Rp 150/ekor sebanyak mujair ukuran 2 inchi dengan harga Rp
6.000/kg, bandeng betina berukuran 1 inchi dengan harga Rp150/ekor sebanyak
20.000. kepiting 1 kg ukuran 8-10/kg harganya Rp. 25.000,- sampai dengan
Rp.30.000,-, benur udang tiger sebesar 1 inchi seharga Rp 30.000/kg. Pemilihan
benur tergantung jenis benur yang cocok untuk tambak tersebut
2. Produksi
tambak silvofhisery di Desa Tanjung
Rejo
Produksi tambak silvofhisery di Desa Tanjung Rejo pada
penelitian ini merupakan keseluruhan hasil yang di dapat dalam pengelolaan
tambak. Produksi hasil tambak silvofhisery
didukung oleh adanya vegetasi hutan mangrove yang bagus disekitar tambak. Hal
ini disebabkan mangrove mempunyai peranan penting dalam menyediakan makanan dan
larva udang dan ikan di alam. Sehingga sangat penting peranannya dalam
mendukung keberadaan kehidupan di sekitarnya. Hal ini sesuai pendapat Hartati
dkk (2005) yang menyatakan bahwa Tambak sylvofishery merupakan suatu
pola agroforestry yang digunakan dalam pelaksanaan program Perhutanan
Sosial di kawasan hutan mangrove, sehingga para petambak dapat memelihara ikan
dan udang atau jenis ikan lainnya agar kesejahteraan petambak meningkat.
Keberlanjutan tambak yang ramah lingkungan seperti tambak
silvofhisery sangat tergantung
sepenuhnya pada produksi yang dihasilkan. Produksi sangat tergantung dari
kualitas lingkungan dan kualitas air pada tambak tersebut sehingga menjaga
keberadaan hutan mangrove dan ekosistem perairan dari pencemaran sangat
berpengaruh terhadap kestabilan produksi tambak
Dalam produksi perikanan biaya yang
harus dikeluarkan untuk budidaya ikan dihitung dari persiapan tambak sampai
panen.
a.
Permodalan
Modal merupakan salah satu faktor
produksi yang menentukan berlangsungnya kegiatan suatu usaha. Modal usaha dalam
ekonomi adalah barang atau jasa yang dipergunakan secara bersama-sama dengan
faktor produksi tanah dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu barang baru. Modal
yang digunakan dalam usaha tambak silvofhisery di Desa Tanjung Rejo
merupakan modal sendiri. Untuk modal pembuatan pintu air dapat dilihat pada
tabel 1.
Tabel
1
Modal pembuatan pintu air
No
|
Modal pembuatan
pintu air
|
Ketahanan
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1.
2.
3.
4.
|
< dari 10 juta
11–20 juta
21–40 juta
Di atas 50 juta
|
0-2 thn
2,1-5 thn
5,1–8 thn
8,1–10 thn
|
1
3
12
6
|
5
15
60
35
|
Jumlah
|
20
|
100
|
Sumber : Data Primer, 2015
Jika modal pembuatan pintu air
sebesar 10 juta untuk 2 tahun makan biaya penyusutannya dapat dihitung sebesar
Rp. 2.500.000 per panen. Untuk perbaikan
benteng tambak kurang lebih 3-5 juta per
2 tahun. Selanjutnya dari hasil wawancara perkiraan modal investasi yang
digunakan untuk pengelolaan tambak silvofhisery
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2
Modal investasi dan biaya penyusutan
usaha tambak silvofhisery di Desa Tanjung Rejo
No.
|
Uraian
|
Jmlh unit
|
Harga per unit
|
Total harga
|
Penyusutan
|
1
|
Konstruksi
pintu air
|
1 Ha
|
10.000.000
|
10.000.000
|
5.000.000
|
2
|
Kontruksi benteng
|
1 Ha
|
3.000.000
|
3.000.000
|
1.000.000
|
3
|
Cangkul
|
3
|
25.000
|
75.000
|
25.000
|
4
|
Sabit
|
3
|
10.000
|
30.000
|
10.000
|
5
|
Saringan
|
2
|
10.000
|
20.000
|
10.000
|
6
|
Keranjang
|
5
|
20.000
|
100.000
|
50.000
|
7
|
Ember
|
5
|
10.000
|
50.000
|
25.000
|
8
|
Timbangan
|
2
|
100.000
|
200.000
|
20.000
|
9
|
Jaring
|
2
|
30.000
|
60.000
|
30.000
|
Jumlah
|
15.535000
|
6.170.000
|
Sumber : Data Primer 2015
Rata-rata modal tetap berupa lahan tambak, pintu air dan
peralatan.adalah sebesar Rp 15.535.000 sedangkan biaya penyusutannya
adalah sebesar Rp 6.70.000 selama setahun.
b.
Biaya produksi
Biaya adalah satuan nilai yang dikorbankan dalam suatu
proses produksi untuk tercapainya suatu hasil produksi.dalam produksi perikanan
biaya yang yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan ikan, dihitung dari
persiapan sampai panen. Biaya produksi dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap
dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi, dalam waktu tertentu penggunaanya tidak dipengaruhi oleh jumlah
produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya besar kecilnya berhubungan
langsung dengan jumlah produksi, dimana besar kecilnya berkaitan dengan jumlah
produksi.
Tabel 3
Rata-rata biaya tetap usaha tambak silvofishery per tahun di Desa Tanjung
Rejo
No
|
Uraian
|
Nilai (Rp)
|
1
|
Biaya perawatan peralatan
|
500.000,-
|
2
|
Penyusutan barang-barang investasi
|
6.170.000,-
|
3
|
Perawatan konstruksi tambak dan tenaga
|
6.000.000,-
|
Jumlah
|
12.670.000,-
|
Sumber : Data Primer, 2015
Rata- rata besar biaya tetap yang dikeluarkan perhektar
produksi dalam setahun adalah Rp. 12.670.000,- meliputi penyusutan barang
investasi, perawatan dan nilai lahan. sedangkan yang termasuk nilai variabel
adalah biaya operasional yang dikeluarkan selama masa pemeliharaan sampai
panen.
a)
Biaya variabel operasional untuk
produksi kepiting dan ikan bandeng
Untuk ukuran kepiting dalam 1 kg =
10 ekor maka jumlah bibit kepiting diperkirakan sebanyak 3000
ekor. Kepiting dalam setahun diasumsikan
mampu berproduksi selama 3 kali sedangkan ikan 2 kali maka total dana yang
dibutuhkan untuk biaya variabel operasional sebesar Rp. 26.400.000,-.
ditambahkan dengan biaya tetap maka jumlah biaya produksi dalam setahun sebesar
Rp. 39.070.000,- Rata-rata besarnya biaya variabel operasional selama setahun adalah
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4
Biaya variabel operasional usaha tambak
silvofishery untuk produksi kepiting dan ikan
bandeng selama satu tahun di Desa Tanjung Rejo
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Harga satuan (Rp.)
|
Total (Rp.)
|
1
|
Bibit kepiting
|
300 kg
|
25.000,-
|
7,500,000
|
2
|
Nener bandeng
|
10000 ekor
|
400,-
|
4,000,000
|
3
|
Kapur
|
1000 kg
|
500,-
|
500,000
|
4
|
Dolomit
|
1000 kg
|
1.000,-
|
1,000,000
|
7
|
Pupuk Kandang
|
2000 kg
|
1.500,-
|
3,000,000
|
8
|
Saponin
|
200 kg
|
4.000,-
|
800,000
|
9
|
Harga pakan tambahan
|
400 kg
|
4.000,-
|
1,600,000
|
10
|
Pelet
|
1000 kg
|
8.000,-
|
8,000,000
|
Jumlah
|
26.400.000,-
|
Sumber : Data Primer, 2015
b)
Biaya variabel
operasional untuk produksi ikan bandeng dan udang windu
Rata-rata besarnya biaya variabel
operasional selama setahun untuadalah untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 5
Biaya variabel operasional usaha tambak
silvofishery untuk produksi ikan bandeng dan udang
windu selama satu tahun di Desa Tanjung Rejo
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Harga satuan (Rp.)
|
Total (Rp.)
|
1
|
Udang windu
|
30.000 ekor
|
200,-
|
6,000,000
|
2
|
Nener bandeng
|
10000 ekor
|
400,-
|
4,000,000
|
3
|
Kapur
|
1000 kg
|
500,-
|
500,000
|
4
|
Dolomit
|
1000 kg
|
1.000,-
|
1,000,000
|
7
|
Pupuk Kandang
|
2000 kg
|
1.500,-
|
3,000,000
|
8
|
Saponin
|
200 kg
|
4.000,-
|
800,000
|
9
|
Harga pakan tambahan
|
400 kg
|
4.000,-
|
1,600,000
|
10
|
Pelet
|
1000 kg
|
8.000,-
|
8,000,000
|
Jumlah
|
24.900.000,-
|
Sumber : Data Primer, 2015
Udang dan ikan dalam setahun diasumsikan mampu berproduksi selama 2 kali,
maka total dana yang dibutuhkan untuk biaya variable operasional untuk produksi
ikan dan udang pada tabel 5 sebesar Rp. 24.900.000,-. ditambahkan dengan biaya
tetap maka jumlah biaya produksi dalam setahun sebesar Rp. 37.570.000,-
c.
Penerimaan
a) Penerimaan usaha tambak silvofishery
jenis kepiting dan ikan bandeng
Penerimaan dari usaha tambak silvofishery di Desa Tanjung Rejo pada periode panen
diperkirakan dengan kematian 20 persen untuk ikan dan kepiting dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6
Perkiraan rata-rata jumlah penjualan penerimaan usaha
tambak silvofishery
jenis ikan bandeng dan kepiting di Desa Tanjung Rejo (Ha/Tahun)
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Berat (gram)
|
Satuan berat (kg)
|
Harga (Rp.)
|
Nilai panen per tahun (Rp)
|
1
|
Ikan bandeng
|
12.000
|
300
|
3.600
|
12.000
|
43.200.000,-
|
2
|
Kepiting
|
2.400
|
250
|
600
|
60.000
|
36.000.000,-
|
3
|
Ikan Runcah
|
2
|
20.000
|
200
|
2.000
|
800.000,-
|
Jumlah
|
80.000.000,-
|
Sumber : Data
Primer, 2015
Nilai panen pertahun untuk setiap
komuditas pada usaha tambak berbeda-beda. Untuk ikan bandeng, panen dapat
dilakukan 2 kali dalam setahun sedangkan untuk kepiting dapat panen sebanyak 3
kali dalam setahun sedangkan ikan runcah dapat diperoleh pada saat ikan bandeng
panen.
1) Penerimaan
usaha tambak silvofishery jenis
ikan bandeng dan udang windu
Penerimaan dari usaha tambak silvofishery di Desa Tanjung Rejo pada periode panen
diperkirakan dengan kematian 20 persen untuk ikan dan 50 persen untuk udang.
Untuk lebih jelasa, penerimaan dari usaha tambak silvofishery dari jenis ikan bandeng dan udang windu dapat dilihat pada tabel berikut
ini.
Tabel 7
Perkiraan rata-rata jumlah penjualan penerimaan usaha
tambak silvofishery
jenis ikan bandeng dan udang windu
di Desa Tanjung Rejo (Ha/Tahun)
No
|
Uraian
|
Jumlah
|
Berat (gr)
|
Satuan berat (kg)
|
Harga (Rp.)
|
Nilai panen per tahun (Rp)
|
1
|
Ikan bandeng
|
12.000
|
300
|
3.600
|
12.000,-
|
43.200.000,-
|
2
|
Udang windu
|
15.000
|
35
|
525
|
80.000,-
|
42.000.000,-
|
3
|
Ikan Runcah
|
2
|
10.000
|
200
|
2.000,-
|
400.000,-
|
Jumlah
|
85.600.000,-
|
Sumber : Data Primer, 2015
d.
Keuntungan atau laba usaha tambak silvofishery
Total penerimaan dari usaha tambak silvofishery di Desa Tanjung Rejo selama satu tahun untuk
ikan bandeng dan kepiting dalam satu hektar produksi diperkirakan Rp.
80.000.000, dengan total biaya produksi yang dikeluarkan dalam satu
tahun adalah Rp.39.070.000,-
(biaya tetap di tambah biaya variabel). Keuntungan usaha diperoleh dari pengurangan
antara total penerimaan dengan total
biaya. Dalam satu tahun rata-rata keuntungan yang diperoleh adalah Rp
40.930.000 dengan perhitungan sebagai berikut :
1.
Total penerimaan (TR) = Rp. 80.000.000,-
2.
Biaya tetap (FC) = Rp. 12.670.000,-
3.
Biaya Variabel (VC) = Rp. 26.400.000,-.
4.
Total Biaya /TC =(FC+VC) = Rp. 39.070.000,-
5.
Laba Usaha (π) = Rp. 80.000.000,- - Rp. 39.070.000,-
= Rp. 40.930.000,- /ha Tahun
Jika tidak tambak terpelihara dengan
baik, rata-rata penghasilan petani tambak silvofishery
di Desa Tanjung Rejo untuk ikan bandeng dan kepiting dalam satuan hektar
produksi perbulan yakni sekitar Rp 3.410.800,-
Sedangakan total penerimaan dari usaha
tambak silvofishery
di Desa Tanjung Rejo selama satu tahun untuk ikan bandeng dan udang
windu dalam satu hektar produksi diperkirakan Rp. 85.600.000,-
1.
Total penerimaan (TR)
= Rp. 85.600.000,-
2.
Biaya tetap (FC) = Rp. 12.670.000,-
3.
Biaya Variabel (VC)
= Rp. 24.900.000,-
4.
Total Biaya /TC =(FC+VC) =
Rp. 37.570.000,-
5.
Laba Usaha (π) = Rp.
85.600.000,- - Rp. 37.570.000,-
=
Rp. 48.030.000 / Tahun
Rata-rata penghasilan petani tambak silvofishery
di Desa Tanjung Rejo untuk ikan bandeng dan udang windu dalam satuan
hektar produksi perbulan yakni sekitar Rp 4.002.500,-/ha
Meninjau hasil keuntungan yang diperoleh dari tambak yang
dikelola dengan silvofishery
memberikan pandangan bahwa tanpa merusak ekosistem mangrove keuntungan yang
diperoleh sangat besar, ekosistem mangrove terjaga akan mendukung perkembangan
produksi tambak semakin membaik. Hal ini sesuai pendapat Hartati dkk (2005)
yang menyatakan bahwa Tambak sylvofishery merupakan suatu pola agroforestry
yang digunakan dalam pelaksanaan program Perhutanan Sosial di kawasan hutan
mangrove, sehingga para petambak dapat memelihara ikan dan udang atau jenis
ikan lainnya agar kesejahteraan petambak meningkat.
Tanaman mangrove sangat bermanfaat untuk meningkatkan
hasil dari tambak, karena akar mangrove dapat digunakan sebagai rumah bagi
hewan-hewan laut seperti udang dan kepiting maka dari itu selain melestarikan
lingkungan pesisir masyarakat juga dapat meningkatkan hasil tambaknya guna
memenuhi kebutuhan hidupnya. (Hartati dkk, 2005). Namun, hasil produksi tambak
tidak semua sama seperti diungkapkan oleh Sualia (2008) yang menyatakan bahwa
produksi sangat tergantung dari kualitas lingkungan dan kualitas air pada
tambak tersebut sehingga menjaga keberadaan hutan mangrove dan ekosistem
perairan dari pencemaran sangat berpengaruh terhadap kestabilan produksi
tambak, demikian halnya juga yang terjadi di Desa Tanjung Rejo.
KESIMPULAN
1.
Pengelolaan tambak silvofishery di Desa Tanjung Rejo
Model tambak
yang di terapkan di Desa Tanjung Rejo adalah model tambak silvofishery empang parit
dimana penanaman mangrove berada di tengah dengan tujuan untuk menjaga
keseimbangan perubahan kualitas air dan meningkatkan kesuburan di arel
pertambakan dan beberapa tambak di Desa Tanjung Rejo menanam mangrove di
tanggul atau benteng tambak untuk meperkokoh benteng tambak.
Secara umum pengelolaan tambak dimulai dari persiapan lahan, penebaran
benih, pemberian pakan, pengelolaan kesehatan produksi dan proses panen. Pintu
air yang digunakan umumnya terbuat dari kayu damar dan kayu kelapa. Pengisian
air melalui pintu air dilakukan pada saat pasang besar. Petambak harus menjaga
kuantitas air, tidak terlalu penuh dan tidak terlalu sedikit. Pemberian pupuk
untuk tambak harus terlebih dahulu melihat keasaman dan kesuburan tambak.
Apabila tambak lembab dan subur tidak perlu dipupuk. Pengelolaan diperoleh dari
pembusukan daun mangrove dan pakan tambahan seperti pupuk kandang.
2. Produksi
Tambak silvofishery di Desa Tanjung
Rejo
Usaha tambak silvofishery di Desa Tanjung Rejo sangat
menguntungkan. Hal ini dapat dilihat
dari laba yang di peroleh yakni mencapai Rp. 40.930.000,-/ha/Tahun s/d Rp. 48.030.000,-/ha/Tahun dengan modal usaha Rp 24.900.000,-/ha/Tahun s/d Rp. 26.400.000,-/ha/Tahun. Sehingga
diperkirakan petani tambak tumpang sari di Desa Tanjung Rejo memperoleh
penghasilan sekitar Rp 3.410.800,- s/d Rp. 4.002.500,- /ha/bulan. Selain mendapatkan manfaat secara ekonomi dari usaha perikanan juga
memperoleh manfaat ekologi dalam pelestarian lingkungan
SARAN
1.
Pengelolaan
tambak tumpang sari di Desa Tanjung Rejo perlu di tingkatkan karena pengelolaan
tambak silvofishery sangat
menguntungkan untuk meningkatkan pendapatan.
2.
Perlu didirikan suatu
kelompok informasi di Desa Tanjung Rejo dalam bidang usaha tambak silvofishery untuk memberikan
pengetahuan kepada petambak lainnya diluar Desa Tanjung Rejo.
3.
Disarankan kepada
pemerintah untuk membantu pihak petambak untuk mencari pembeli yang kontiniu
sehingga memberikan motivasi kepada petambak untuk melakukan aktifitasnya
4.
Disarankan
kepada pemerintah setempat untuk melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan
petambak silvofishery untuk
meningkatkan produksi yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Anggoro, S.
2000. Tinjauan Aspek Ekologis dalam Menjamin Usaha Perikanan Yang
Berkelanjutan. Disampaikan Dalam Seminar Nasional Perikanan di Semarang,
4 Mei 2000.
[2] Dahuri R; J
Rais; SP Ginting; MJ Sitepu. 2001. Pengelolaan Wilayah Pesisir Secara Terpadu.Jakarta : PT Pradnya Paramita.
[3] Dahuri, R.
2000. Pendayagunaan Sumberdaya Kelautan Untuk Kesejahteraan Rakyat (Kumpulan
Pemikiran Dr. Ir. Rokhmin Dahuri A) LISPI. Jakarta.
[4] Dahuri, R.,J.
Rais, S.P. Ginting dan M.J. Sitepu, 1996. Pengelolaan Sumber daya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.PT. Pradnya Paramita Jakarta.
[5] Direktorat
Jenderal Kehutanan Departemen Pertanian, 1982. Status Hutan Mangrove
diIndonesia dan Pemanfaatannya Bagi Kesejahteraan Manusia, Prosiding Pertemuan
Teknis Evaluasi Hasil Survai Hutan Mangrove. Departemen Pertanian,Jakarta.
[6]Kusmana, C.,
1997. Ekologi dan Sumberdaya Ekosistem Mangrove, Makalah Pelatihan
Pengelolaan Hutan Mangrove Lestari Angkatan I PKSPL.Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
[7] Kordi KMGh.
1997. Budidaya Kepiting dan Ikan Bandeng
di Tambak Sistem Polikultur. Semarang : Dahara Prize.
[8] Hartati et al. 2005. Perilaku Petambak Dalam Konservasi Hutan Mangrove di Desa Jaya Mukti
Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Buletin ekonomi Perikanan Vol. VI.
No. 1. Tahun 2005 diakses 2 Maret 2015 Pkl 22.00 Wib.
[10]Murtidjo BA.
1989. Tambak Air Payau, Budidaya Udang
dan Bandeng. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
[11]Naamin, N.
1991. Penggunaan Lahan Mangrove Untuk Budidaya Tambak Keuntungan dan
Kerugiannya. Dalam Subagjo Soemodihardo et al. Proseding Seminar IV
Ekosistem Mangrove. Panitia Nasional Pangan MAB Indonesia LIPI.
[12]Nazir. 1988. Metode Penelitian. Cetakan III. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
[13]PKSPL-IPB. Penyusunan Konsep Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan yang Berakar pada Masyarakat Bogor. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut
Pertanian Bogor dan Departemen Dalam Negeri, Direktorat Jendral Pembangunan
Daerah. 1998.
[14]Restu IW.
2002. Kajian Pengembangan Wisata Mangrove
di Taman Hutan Raya IGusti Ngurah Rai Wilayah Pesisir Selatan Bali [tesis
tidak dipublikasikanj.Bogor : Institut Pertanian Bogor, Program Pascasarjana.
[15]Soedijanto.
1978. Beberapa Konsepsi Proses Belajar
dan Implikasinya. Bogor : Institut Pendidikan. Latihan, dan Penyuluhan
Pertanian.
[16]Soekanto S.
2002. Sosiologi. Suatu Pengantar.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.Soem (ldinardjo S; I SueriCin~gara. 1989. Country Report: The Indonesia Status of Mangrove Forest in Indonesia. BIOTROP Special Publication No.
37.
[17]Sualia dkk.
2010. Panduan pengelolaan Budidaya Tambak
Ramah Lingkungan di Daerah Mangrove. Wetlands International-Indonesia Programme.
Bogor
[18]Quarto, A.
2005. Sustainable Use of The Mangrove.
http://www. Tempo cyberclimate.org/floor0/recent/issue32/t32a2.htm. Diakses
tanggal 03 Maret 2012, Pukul 20.30 Wib
POKER GAMING IN NEW ZARIA - Gambling Gods
BalasHapusGambling Gods is 모바일 벳 365 a premier 메이플 슬롯 강화 online gambling website founded in 바카라 검증사이트 2017. We have 바카라사이트 over 500 라이브 배팅 casino games to choose from, which can be found here.